Ngomong-ngomong, aku baru saja kehilangan nenek dari pihak ibu di Hari Ibu di Indonesia. Kepergiannya begitu tiba-tiba, cepat, dan tak terduga. Beliau sehat, tetapi energinya terkuras habis, persis seperti iklan kelinci/baterai Energizer/Duracell, saya rasa. Jantung kita punya tanggal kedaluwarsa, persis seperti baterai. Analogi yang aneh, ya? Tapi itu terlintas di benakku ketika vonisnya adalah henti jantung.
Jadi sekarang aku tidak punya nenek. Terpaut 11 tahun. Kesedihan di dalam diriku masih sama. Aku sayang kedua nenekku. Aku dekat dengan mereka. Salah satu keuntungan lahir lebih awal daripada cucu-cucu lain dan memiliki orang tua yang menyayangi mereka adalah kamu bisa lebih mengenal nenekmu.
Perbedaan mencolok antara keluarga Mama dan keluarga Papa terletak pada rasa hormat. Aku suka bagaimana saudara-saudara Mama menghormati ibu mereka. Bagaimana sepupu dan paman/bibi dari pihak Mama tidak berswafoto.
Sudah lebih dari 11 tahun berlalu, tetapi aku masih membenci paman dan sepupu yang masih hidup yang berswafoto demi foto profil Blackberry Messenger! Mereka tidak pernah berada di sisi nenek dari pihak Papa saat beliau sakit, tetapi setelah beliau meninggal, mereka bersikap seolah-olah mereka menyayanginya. Sungguh memuakkan! Aku tidak melebih-lebihkan. Anda bisa bertanya kepada adik-adikku yang juga menyaksikan hal ini.
Kembali ke nenek dari pihak Mama. Beberapa cucu lahir terlambat, jadi mereka tidak mengenal nenek yang kukenal, nenek yang periang dan ceria dengan banyak cerita pengantar tidur. Bukan hanya nenek yang super religius yang selalu membaca Alkitab dan memiliki banyak kegiatan gereja – membosankan bagi cucu-cucu generasi baru haha. Menarik bagi aku yang mengenalnya sebelum dan sesudah "religius".
Hei, nenek kita sangat cantik dan sedikit sombong sepertiku? Dia bisa bernyanyi dengan sangat baik (aku tidak), dia menari dengan sangat baik (aku bisa). Dia pendongeng yang sangat baik (aku juga bisa). Dia mengalami perang secara langsung. Pengalaman-pengalaman mengerikan itu... Belanda, Jepang... Bagaimana ibunya mengambil tindakan pencegahan untuk melindunginya... Bagaimana ayahnya jahat, tetapi dia tetap mencintainya... Bagaimana kakak perempuannya egois, tetapi dia tetap mencintainya...…
Nenek kami depresi ketika kakek kami meninggal dunia. Beliau sungguh-sungguh seorang pembelajar seumur hidup. Beliau memeluk agama Kristen ketika berusia 55 tahun. Beliau belajar dengan giat. Semangat dan keinginannya untuk belajar sungguh luar biasa..
Aku tidak tahu apakah emak menyadari bahwa ia telah menjalani seluruh hidupnya sebagai seorang Kristen teladan, bahkan sebelum ia menjadi seorang Kristen. Ia selalu baik hati, bahkan kepada mereka yang mengkhianati dan menyakitinya. (Hal ini, tak akan pernah bisa kulakukan). Namun, emak adalah seorang santo. Ia tidak pernah mengumpulkan kekayaan untuk dirinya sendiri. Ia menanggung biaya hidup, pendidikan, dan sebagainya untuk anak tirinya, saudara tirinya, ibu tirinya. Dan aku tidak melihat satu pun dari mereka di pemakamannya.
WTH. Emakku baik banget, kalian emang gak tau diri. Pantes hidup kalian susah terus, gak ada damai sejahtera. Lah wong menghormati orang tua aja tidak dipraktikkan. Maaf sudah melantur. Emakku pasti sudah bahagia di rumah Bapa, bisa ikut paduan suara malaikat di Surga. Aku di sini kok malah misuh-misuhin orang-orang yang kelasnya kalah sama hewan yang diselamatkan dan tahu balas budi.
Sugeng kondur, Mak.