![]() |
Kredit gambar: here |
Secara rohani, aku orang Kristen. Yah, mungkin aku tidak lagi taat seperti dulu setelah menikah. Dan orang tuaku terkadang mengkhawatirkan kerohanian saya, dan mereka terus menasihatiku: jangan pernah kehilangan iman kepada Yesus Kristus. Orang tuaku adalah yang terbaik.
Sebelum menikah, aku mencoba membaca Alkitab selama setahun, baik bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris (gagal di tengah jalan setelah nenek meninggal dan aku terlalu galau secara emosional). Malu sekali. Adikkusudah berkali-kali tamat membaca Alkitab…
Namun aku teratur berpuasa, seperti kedua nenek dan ibuku, sampai aku hamil. Aku memang ingin melanjutkan puasa rutin, tetapi aku sadar bahwa tubuhku tidak sebugar/sesehat sebelum aku menikah. Mungkin karena penuaan? Atau mungkin terlalu banyak hal yang terjadi dan itu benar-benar memengaruhi kesehatan fisik secara keseluruhan.
Dan minggu ini aku tersentuh melihat sebuah unggahan di acara TV horor Indonesia: seorang wanita Kristen terlindungi dari segala macam hantu hanya karena ia terus menyebut nama Tuhan kita. Entah bagaimana ia mengingatkanku pada apa yang terjadi kepadaku setelah menikah. Karena Dia dan hanya Dia sajalah aku cukup kuat untuk menghadapi segala rintangan, semua ilmu hitam, dan telah mampu melihat gambaran yang lebih besar.
Bayangkan seseorang yang "have a word for prose" (mengutip Dr. Dede Selamat Sutedja, 2004) tidak mampu mengatakan apa yang ingin ia katakan di hadapan Tuhannya. Aku merasa sangat sedih, sengsara, kecewa, kesal, dan semua emosi negatif lainnya karena aku tahu bahwa aku tidak pernah menyakiti orang lain dan aku pantas mendapatkan yang jauh lebih baik (masih berlaku dan semua orang–termasuk suami– setuju tentang fakta itu). Perasaan terburuk adalah, untuk pertama kalinya, aku membuat orang tuaku menangis untuk saya. Yang kuakukan adalah menangis hampir setiap malam, megap-megap memanggil nama Yesus. Aku tahu bahwa Dia akan memahami rasa sakit hatiku, bahwa Dia akan mendatangkan keadilan bagiku.
Dan perlahan-lahan aku menyadari bahwa akulah "yang terpilih". Tak ada seorang pun selain aku.
Seandainya aku Yunus, yang diminta langsung oleh Tuhan untuk menyelamatkan Niniwe, pasti aku akan melarikan diri seperti sampai tak bisa kembali. (Yunus masih lebih beruntung daripada aku, setidaknya dia tahu apa yang Tuhan inginkan darinya sebelumnya). Tuhan tahu bahwa aku akan melarikan diri lebih cepat daripada Yunus, jadi Dia membuatku memasuki altar pengorbanan tanpa tahu apa-apa.
Dan aku yakin, tidak akan pernah tunduk seperti Yesus. Siapa di dunia ini yang rela berkorban? Dalam pikiranku yang waras, tidak pernah. Bahkan sekarang pun, jawabanku tetap TIDAK MUNGKIN. Namun jika Tuhan menganggap seseorang layak untuk diselamatkan, mengapa manusia hina seperti diriku tidak bisa mencoba berpikir dari perspektif-Nya?
Targetku sekarang adalah meningkatkan kebugaran/kesehatan agar bisa melanjutkan puasa yang telah kuinggalkan selama 3 tahun. Dan mengajak suami untuk berpuasa juga. Dan nanti, anak-anakku ketika mereka sudah siap. Jangan pernah meremehkan kekuatan puasa. Anda harus siap. Ada makhluk jahat yang hanya bisa disingkirkan dengan puasa dan doa dalam nama Yesus. Aku telah membuktikannya.