Dikirim: 18 Agustus 2006 -- ini artikel kedua kayaknya yang dimuat. Aku tidak tertib mengarsipkan. Beberapa kukirim pakai email kantor, rasanya. Yang jelas, Zeverina selalu menerbitkan apa pun yang kukirim. Alm. Suhu Gede Josh Chen yang sering kopdar dengan Zeverina bilang kalau Zeverina punya standar tinggi wartawan. Artikel yang enak dibaca dan tidak perlu banyak diedit, bakal diterbitkan. Jadi Josh Chen, Harry Lukman, Sarimin-san, Bejo Tenan, Ki Ageng Similikithi, Janto Marzuki, Yunisa, Piper (Kathyrn), dan beberapa lagi kalau kirim artikel selalu diterbitkan.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Hi Zev, ini cuma kompilasi sikap "bangga"... Zev juga harus bangga dalam mengelola Koki OK!
Bangga sebagai orang Indo
Saya salut sekali terhadap orang2 yang walau mungkin sudah nggak
pegang paspor hijau lagi, tapi tetap bangga bilang dirinya dari Indo :)
Misal aja Anggun. Di mana2 dia tetap bilang dirinya orang Indo. Contoh
lain yang saya kenal pribadi, Dr Dede Selamat Sutedja di NUH. Kita harus
ngerti kalau tuntutan pekerjaan yg kadang harus banyak traveling,
susahnya apply visa kalau kita masih pegang paspor Indo, bisa2 batal
ikut seminar / research symposium nya (kayak Sarimin-san yg sekarang
lagi "ziarah IPA" di Eropa hehe)...
Kok saya bisa tahu kalau Dr Dede tetep bangga bilang dirinya dari Indo? (padahal dia gak cerita ke saya hehe)
Jawab: Dari orang India yang ketemu saya di lift. Just because it
is my habit to speak Indonesian with my sisters and fellow Indonesian,
dan emang tampang kami yang khas Indo (jelas lebih cakep dari orang
Singapur hehe, PD aja lagi), tau2 orang India itu tanya: "Are you
Indonesian?" Disambung: "Bla, bla, you look like Dr DD? He's also from
Indonesia, you know and he's a good doctor... bla bla" Terus melecoslah
hatiku karena ternyata Dr Dede masih bangga jadi orang Indo :)
Kalau saya sih pernah "gampar" orang Singapur yang jelek2in Indo... *hehe, gak usah diceritain di Koki deh, malu*
Tapi pembaca juga harus maklum kalau kemampuan berbahasa Indo
bisa berkurang jauh sekian tahun kita dihabiskan di berbagai negara...
Kadang bahasa Indo jadi makin pasif dan kosakata bahasa Indo sering
terbalik-balik hehehe ;) Kalau cuma denger sih masih ngeh banget, tapi
mau ngomong kok jadi bahasa gado2 yang keluar dari mulut haha. Nggak
usah jauh2, sepupu saya malah pernah jadi English-Jawa pas balik Jogja
for good... hahhaha *untung sudah pulih sekarang* Kalau aku sih
diharuskan lancar baik nulis maupun ngomong Indo n English karena: my
full-time work is in English, ortu cuma ngomong Indo n Jawa dan aku kan
emang bertekad terus nulis
novel Indo, jadi harus terus berlatih hehehhe *sambil menyelam minum air*
Bangga dengan apa yang kita lakukan
Buat Mbak Alma di Sg, menurutku sih kita tidak boleh malu dengan
apa pun pekerjaan kita selama kita melakukannya sepenuh hati. We have to
think that "Our job is meaningful. Be proud of what you do!" (mengutip
nasihat Dr Dede ke saya). Kalau saya tidak salah ingat, tiap tahun tuh
yang terpilih jadi PRT terbaik di Spore bukan orang Filipina, tapi orang
Indo!
(Dr Dede juga dapet GEMS award -- Go-the-Extra Mile for Service lho
hehe). Nah itu berarti, orang Indo sangat bagus dalam hal service!!!
Tapi untuk yang memang berpotensi dapet Nobel (seperti
Sarimin-san, Yunisa juga menulis dengan mata berbinar-binar): AYO
SEMANGAT! Bukan hal yang tidak mungkin kalau orang Indo bakal dapet
Nobel Fisika (anak buahnya Prof Yohannes Surya), Nobel Kimia
(Sarimin-san), Nobel Kedokteran (Dr Dede)!!! Tuh Nobel Kedokteran 2005
cukup
simple sebenernya: membuktikan kalau Helicobacter pylori
adalah penyebab tukak lambung, jadi gak perlu operasi, pakai antibiotik
aja pengobatannya :P hehehe (sok banget bilang itu gampang... It took
>20 years to get the research acknowledged haha)
Cheers, Yunisa di Singapura (bukan di Amerika hehe)